Minggu, 16 Desember 2012

Papa Maaf

Beberapa waktu lalu gue disuruh bikin cerpen sama dosen gue, jadi ada 1 mata kuliah namanya "Creative Writing" yah kalo di sma sih gak jauh beda sama pelajaran bahasa indonesia tapi kalo disini bener-bener di haruskan kreatif kaya misalnya bikin cerpen, puisi, resensi.
Tugas akhir gue itu suruh bikin novel dan semuanya murni gak boleh copasus (copy, paste, urusan, selesai). 
Cerpen di bawah ini murni gue bikin tanpa copy dari mana pun dan sedikit berbangga diri cerpen ini gue bikin dalam waktu 3 jam aja, sebelumnya gue gapenah bikin cerpen jadi sedikit takjub sama kemampuan gue.
Nama tokoh di bawah merupakan nama-nama temen gue di sma, jadi maaf yah kalo kalian baca ada nama kalian gue pake tanpa izin terlebih dulu.
Saat ini novel gue dalam tahap pembuatan, minta doa nya semoga gak ada kendala dalam pembuatan nya dan bisa selesai sesuai deadline, insya allah kalo novel nya udah jadi bakalan gue posting juga kok cover nya, kalo kalian mau baca bisa gue kirimin soft copy nya.
Biar lebih asik gue saranin baca nya sambil minum secangkir teh atau kopi biar lucu gitu kaya di sinetron sinetron. 
Selamat membaca :)




Sinar bulan begitu tampak indah terlihat dari balik jendela kamarku, tidak seperti malam biasanya. Kulihat jam Rolex kesayanganku, jarum jam sudah menunjukan pukul 23.00 wib tetapi jalanan masih terlihat ramai, beberapa kendaraan masih berlalu-lalang seperti enggan melewatkan sedetikpun keramaian di kota ini. Aku mencoba sedikit menurunkan rok miniku yang bewarna merah, dan sesekali membenarkan tatanan rambutku yang memang agak susah diatur, begitu juga dengan bulu mata palsu yang memang tidak pernah aku lupa untuk menempelkannya di atas bulu mata asliku.
            “Aku harus tampak cantik malam ini”  Seruku pelan.
            “Cantik kok, kakak cantik sekali” Sahut adikku Vina yang ternyata sejak tadi memperhatikanku dari luar kamarku.
            “Kamu ngapain disini?” Tanyaku kepada adikku.
“Hanya ingin melihat kakak berdandan…” Jawabnya dengan polos.
“Sana kamu belajar, kakak mau pergi kerja. Kalo besok pagi kamu mau pergi sekolah kakak belom juga pulang, kamu beli sarapan aja di warung depan.” Sahutku sambil menggambil tas merah kesayangkanku.
 “Iya kak” Jawabnya polos.
***
Namaku Ayu Nurlinda, usiaku saat ini 23 tahun. Di usiaku yang masih terbilang muda, bisa dikatakan aku ini termasuk perempuan yang berkecukupan walaupun aku hanya lulusan Sma. Aku merantau dari Bandung ke Jakarta sejak umurku 20 tahun, karna aku tidak mempunyai keterampilan dalam bidang apapun makanya agak sulit bagiku untuk bertahan di Ibukota pada awalnya tetapi karna aku memiliki tubuh yang proposional, dan wajah yang ayu seperti namaku semua itu semakin terasa mudah seiring berjalannya waktu. Saat ini aku bekerja sebagai Disc Jokey (DJ) di kota Jakarta. Kesuksesan ku saat ini tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Aku masih begitu ingat, betapa sulitnya hidup di kota besar yang pada waktu itu aku belum mengenal siapapun di kota ini.

Ayahku hanya sebagai kuli serabutan di kampung, dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi 9 bulan yang lalu aku di tinggal ibuku untuk selamanya, kepergian ibuku sangat membuat aku terpukul, aku sempat tidak memiliki semangat hidup, tetapi seiring berjalannya waktu aku sudah bisa mulai menerima kepergiannya.



Aku dua bersaudara dan adikku Novika Erwina tetapi biasa di panggil Vina yang saat ini bersekolah kelas 1 SMU yang juga ikut tinggal bersamaku di Jakarta. Aku merupakan tulang punggung keluarga, semua keperluan orang tuaku dan biaya sekolah adikku aku yang tanggung, terkadang aku suka berfikir bahwa mereka semua hanya merepotkan tetapi disisi lain sudah menjadi kewajiban da memang sudah ke harusanku sebagai anak membantu orang tua dan mensekolahkan adikku sampai  nantinya dia menjadi orang sukses.

***
Telepon genggamku bedering ketika aku sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjaku malam ini. Aku yang sedang asik merias wajahku dengan sentuhan bedak dan lipstick membenarkan make up ku yang nampak nya  sudah mulai sedikit terlihat pudar karna keringat. Aku menghentikan aktivitasku sejenak. Aku merogoh hape di tas Chanel kesayanganku. Ku lihat di layar, tertulis nama Papa yang menelponku.
            “Halo Pah!” Jawabku segera.
            “Halo Ayu, sedang apa?” Tanyanya.
            “Emh…Anu pah, emh Ayu masih di kantor nih ada lembur, ini masih ngurusin laporan yang besok mau di serahin ke atasan Ayu, ada apa pah?” Tanyaku.
            “Ohh begitu rupanya, bagaimana keadaan adikmu?” Tanyanya lagi.
            “Aduh pah, Ayu ini sedang sibuk kalo papa mau tau kabarnya Vina yah telepon Vina nya langsung aja” Jawabku dengan nada kesal.
            “Maaf  maaf papa hanya kangen putri-putri papa saja dan hanya ingin tau perkembangan kalian saat ini”
            “Jangan sekarang telfon Ayu nya, besok aja ayu telepon papa balik ayu lagi sibuk! Besok Ayu telepon papa balik.” Janjiku.
            “Baiklah., ada yang ingin papa…..”
            “Tut…tut…tut” Telepon aku matikan segera, padahal papa belom selesai bicara.
            “Biarkanlah, besok aku telfon papa” Ujarku berbicara sendiri.

***
Tidak terasa perbincangan ku dengan papaku  tadi membuat aku tidak menyadari bahwa taxi yang aku tumpangi sudah hampir dekat membawaku ketempat tujuanku, segara aku membereskan peralatan make up ku lalu aku bergegas membayar taxi tersebut dan masuk kedalam tempat kerjaku pada malam ini. Malam ini aku mendapat panggilan untuk mengisi acara di salah satu club malam di bilangan Kemang, setelah aku masuk dan menemui Mas Iyunk selaku ketua event organaizer (EO) aku lalu di ajak nya ke meja Dj yang sudah di persiapkan oleh panitia. Waktu semakin larut tetapi music semakin kencang mengguncang tempat acara, seluruh penggunjung larut dengan music yang aku sugguhkan malam ini. Tidak terasa waktu menunjukan pukul 04.30 dengan begitu sudah waktunya saya menyelesaikan pekerjaan saya sebagai Disc Jokey (DJ) pada hari ini. Nampaknya semua puas dengan music yang aku hentakan, begitu juga Mas Iyunk selaku panitia.

“Gila Yu, gokil abis main lo tadi!” Pujinya mas Iyunk kepadaku.
“Walah, seriusan mas?” Tanyaku dengan sedikit malu.
“Serius yu, gak nyesel gue panggil lo buat ngisi acara malam ini.” Tegasnya.
“Yah, kalo begitu besok besok bisalah kalo ada event panggil gue aja lagi” Harapku kepada mas Iyunk.
“Gampang….Bisa di atur itu, ngomong-ngomong pulang naik apa Yu?” Tanya mas Iyunk kepadaku
“Paling naik taxi, abis mau naik apa lagi jam segini mas, mobil baru selesai di service 1 minggu lagi mas.” Seruku.
“Yaudah bareng aja sama gue, kebetulan emang lagi nyetir sendiri nih.” Jawabnya.
“Wah seriusan mas?” Tanyaku meyakinkan.
“Iya, Yaudah sana beres-beres gue tunggu di mobil yah.” Serunya
“Oke mas.”

Selesai aku berbicara dengan mas Iyunk, aku segera membereskan barang-barangku. Semuanya sudah selesai aku bereskan dan aku berjalan menuju parkiran. Kulihat telepon genggamku dan ternyata ada banyak pesan masuk dan ada telepon tidak terjawab, setelah aku lihat, ternyata semua dari papa ku,  tetapi semuanya aku hiraukan dan aku matikan telepon genggamku karna memang aku sedang tidak ingin di ganggu, aku ingin istirahat setelah semalaman ini aku bekerja.

***

            Dimobil mas Iyunk sudah menungguku dengan tampak gagah mengenakan jaket kulit  hitam dengan kaos polos bewarna putih, segera aku masuk ke dalam mobilnya yang sedikit tercium bau minuman keras, aku mengendus dan mas Iyunk sepertinya sudah mengerti apa yang aku maksud.
“Sorry nih mobilnya agak bau bir” katanya.
            “Ohh iya, gak apa-apa mas santai aja.” Jawabku
“Udah siap mas, yuk jalan” Sahutku sambil menutup pintu mobil.





Mobil yang kita tumpangi berjalan perlahan meninggalkan club malam tersebut, aku duduk di kursi depan sambil melihat jalanan yang masih terlihat sepi, tidak ada perbincangan di antara aku dan mas Iyunk. Mungkin karena kita berdua sudah sangat lelah jadi binggung apa yang akan kami bicarakan lagi. Aku menyenderkan kepalaku ke kursi mobil mas Iyunk dan tidak terasa aku terlelap di kursi  mobil mas Iyunk. Hanya sebentar memejamkan mata ternyata tidak berapa lama aku memejamkan mata aku sudah di bangunkan lagi oleh mas Iyunk dan di beri tahu bahwa kita berdua sudah sampai, aku membuka mata dan ternyata mobil sudah berhenti di depan lobby Apartemenku yang masih sangat sepi, hanya ada seorang satpam yang sedang jaga. Dan setelah aku sadari ternyata di atas badanku sudah ada jaket kulit hitam milik Mas Iyunk.

“Udah sampe ibu peri” Mas iyunk berkata.
“Ahh….Iya nih mas, maaf ketiduran hehehe” Jawab ku sambil tersenyum malu.
“Santai aja kali, enggak aku apa-apain kok tadi” Kata mas iyunk.
“Ahh iya, kalo aku tadi di apa-apain sama mas, Mungkin mas udah aku pukul mas!” Seruku
“Takut ahh takut….Takut aku jatuh cinta nih sama kamu” Gombalnya terhadapku.
“Ahh gombal banget sih mas.” Sahutku malu sambil turun dari mobil
.
Aku bergegas turun membawa barang-barangku, mas Iyunk juga turun membantuku mengeluarkan barang-barang miliku. Aku ingin mengembalikan jaket  miliknya yang tadi berada di atas badanku.

            “Mas, makasih yah atas tumpangannya” Kataku
            “Iya cantik, sama-sama” Jawabnya
            “Ohh iya mas ini jaket  nya, makasih udah mas lepas untuk nutupin badanku yang tadi kedinginan di mobil.”Kataku sambil memberikan jaketnya.
            “Ohh iya, iya tadi kamu keliatan kedinginan makanya aku lepas jaketku buat kamu”

Setelah saya kembalikan jaket tersebut ke mas Iyunk, secara cepat mas Iyunk mendaratkan ciuman mesra kearah bibirku, aku sempat kaget dan aku berusaha menepisnya tetapi apa daya mas Iyunk memegang tanganku erat dan enggan untuk melepaskannya, tidak terasa saya mulai membalas ciuman tersebut, akhirnya kami pun berciuman cukup lama.

            “Makasihnya…….” Kata mas Iyunk

Aku menganggukan kepala tanpa berbicara sepatah kata pun, aku lalu bergegas masuk kedalam lobby Apartemenku dengan perasaan yang sungguh campur aduk di dalam pikiran ku saat ini. Aku langsung menuju lift dan segera menuju kamarku untuk beristirahat karna semalaman ini aku belum tertidur.

***



Keesokan harinya aku aku mencoba bangun dari tempat tidur ku dan meregangkan otot-otot yang masih terasa kaku. Aku gerakkan punggungku ke kiri dan ke kanan untuk membebaskanku bergerak. Aku melihat jam kotak yang menempel di dinding tepat di atas lemari jati kokoh yang berisi tumpukan baju milik ku. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh pagi sinar mentari sudah menyinari kamar ku. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju dapur untuk membuat kopi, sebelum aku membuat kopi aku teringat akan papa. Aku ingat dia tadi malam menelepon ke telepon genggam milikku.
Aku bergegas menggambil telepon genggam di dalam tas, setelah aku mendapatkannya aku segera mengaktifkannya. Terlihat beberapa pesan masuk di layar. Aku masih mengabaikannya. Aku sesegera mungkin menelfon Ayahku. Aku baru ingat, kemarin aku berjanji untuk meneleponnya tetapi aku lupa meneleponnya. Lama aku menunggu teleponnya tersembung tapi, tak ada yang menjawab. Aku kemudian membuka beberapa pesan masuk di telepong genggamku. Beberapa pesan masuk itu dari Vina, mas Iyunk dan Ayah! Secara perlahan aku membuka pesan dari Vina yang ternyata isinya:
Kakak dimana? Papa pengen ngomong sama kakak, Papa telfon ke hape kakak kata papa tidak aktif, papa kangen kakak.”
Tanpa pikir panjang aku bergegas membuka semua pesan dari ayahku, yang ternyata ayah mengirimkan 3 sms ke aku.
Pesan pertama
Ayu anak papa, jangan lupa sholat subuh.”
Pesan kedua
            Ayu, papa telfon ayu, tapi nomer ayu tidak aktif. Papa kangen ayu”
Pesan ketiga
            Papa saat ini sedang sakit, kanker paru-paru papa sudah semakin parah. Papa ingin ketemu ayu untuk yang terakhir kalinya, tapi apa daya papa sudah tidak sanggup kalau harus ke Jakarta, jadi papa hanya berharap menelepon kamu, tetapi sepertinya waktunya tidak tepat. Papa hanya berpesan kepada kamu, kalau suatu saat nanti papa menyusul mama di surga tugas kamu selanjutnya yang menjaga Vina untuk selamanya, jaga kesehatan yah Yu. Papa sayang ayu”

            Air mataku jatuh seketika saat membaca pesan dari papa, yang ada di dalam pikiriranku saat ini adalah gimana caranya aku bisa menghubungi papa dan berbicara dengannya. Aku ingin jujur padanya tentang pekerjaanku selama ini, dia hanya tahu aku di Jakarta sebagai pegawai kantoran tetapi nyatanya aku hanya sebagai Dj, papa mungkin akan kecewa jika tahu pekerjaan anak perempuannya ini, tetapi aku sekarang menyesal karna sampai saat ini papa tidak tahu apa pekerjaanku sebenarnya.





            “Angkat pa…..Angkat” Ujarku dalam hati.
            Ternyata tidak ada jawaban dan aku mematikan sambungan teleponku.

            Beberapa saat kemudian,telepon genggamku bergetar dan kulihat layar ternyata adikku Vina meneleponku.
            “Terdengan suara sesugukan di ujung telepon”
            “Halo…..”      
“Halo…..”
            “Halo…..” Jawabku.
            “Kak papa meninggal.” Sahut Vina di ujung telepon.
            “tut…tut….tut…” Telepon aku matikan.
           
Betapa terkejutnya aku mendengar berita tersebut. Aku meremas rambutku. Air mataku tak kuasa aku tahan lagi. Aku menyesal, hanya rasa penyesalan yang ada didalam pikiranku saat ini. Aku hanya ingin memeluknya dan mendengar suaranya untuk terakhir kalinya.
“Papa…………..maaf” Teriakku.


***

Dengan pakaian serba hitam aku duduk di samping kuburan papaku bersama dengan  adikku Vina. Putus asa hinggap di diriku kita, tanah kuburan Ibuku belum juga kering tetapi saat ini aku dan adikku Vina sudah harus menerima kenyataan lagi bahwa kami kehilangan papaku. Papaku meninggal kanker paru-paru yang sudah lama di deritanya. Harusnya, aku berada di sampingnya saat-saat terakhir ia membuka matanya tetapi aku seringkali menghiraukannya.

Aku dan adikku tak berhenti menangis di depan makam Papaku. Sesekali aku menciumi batu nisan Papaku dan menaburkan  bunga mawar. Aku ingin sekali mencium pipinya, tapi  apa daya semua sudah terlambat. Saat ini aku dan adikku Vina menjadi anak Yatim Piatu, kami berjanji kami akan selalu melengkapi, mengasihi dan melindungi.

“Sudah ikhlaskan kepergiannya” Sahut laki-laki yang suaranya sudah tidak asing untukku.
Ternyata mas Iyunk dengan pakaian serba hitam  juga datang ke pemakaman ayahku, betapa terlihat gagahnya dia hari ini. Tanpa berfikir panjang aku segera bangkit dari duduku langsung memeluknya erat dengan tetap meneteskan airmata.
“Ikhlaskan…Dia hanya butuh doa darimu, bukan tangismu.Air matamu tidak akan mengembalikann semuanya.” Gumamnya

***
            Detik demi detik, jam demi jam, hari berganti hari aku semakin bisa mengikhlaskan kepergian papaku. Aku mencoba menata hidupku kembali bersama adikku dan pacarku Mas Iyunk. Awalnya aku merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupku, aku butuh sosok lelaki yang dapat menjagaku dan adikku, aku butuh seorang pacar yang pada akhirnya akan aku jadikan suami yang bisa menuntun hidupku. Tetapi setelah kedatangan mas Iyunk kedalam hidupku, aku kembali bersemangat menjalani hidup ini dan aku berjanji  kepda Tuhan bahwa aku akan menjaga orang-orang yang aku sayang di sekitarku, aku tidak ingin kehilangan adikku Vina dan pacarku tentunya Mas Iyunk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar