Beberapa waktu lalu gue disuruh bikin cerpen sama dosen gue, jadi ada 1 mata kuliah namanya "Creative Writing" yah kalo di sma sih gak jauh beda sama pelajaran bahasa indonesia tapi kalo disini bener-bener di haruskan kreatif kaya misalnya bikin cerpen, puisi, resensi.
Tugas akhir gue itu suruh bikin novel dan semuanya murni gak boleh copasus (copy, paste, urusan, selesai).
Cerpen di bawah ini murni gue bikin tanpa copy dari mana pun dan sedikit berbangga diri cerpen ini gue bikin dalam waktu 3 jam aja, sebelumnya gue gapenah bikin cerpen jadi sedikit takjub sama kemampuan gue.
Nama tokoh di bawah merupakan nama-nama temen gue di sma, jadi maaf yah kalo kalian baca ada nama kalian gue pake tanpa izin terlebih dulu.
Saat ini novel gue dalam tahap pembuatan, minta doa nya semoga gak ada kendala dalam pembuatan nya dan bisa selesai sesuai deadline, insya allah kalo novel nya udah jadi bakalan gue posting juga kok cover nya, kalo kalian mau baca bisa gue kirimin soft copy nya.
Biar lebih asik gue saranin baca nya sambil minum secangkir teh atau kopi biar lucu gitu kaya di sinetron sinetron.
Selamat membaca :)
Sinar
bulan begitu tampak indah terlihat dari balik jendela kamarku, tidak seperti
malam biasanya. Kulihat jam Rolex kesayanganku, jarum jam sudah menunjukan
pukul 23.00 wib tetapi jalanan masih terlihat ramai, beberapa kendaraan masih
berlalu-lalang seperti enggan melewatkan sedetikpun keramaian di kota ini. Aku
mencoba sedikit menurunkan rok miniku yang bewarna merah, dan sesekali
membenarkan tatanan rambutku yang memang agak susah diatur, begitu juga dengan
bulu mata palsu yang memang tidak pernah aku lupa untuk menempelkannya di atas
bulu mata asliku.
“Aku harus tampak
cantik malam ini” Seruku pelan.
“Cantik
kok, kakak cantik sekali” Sahut adikku Vina yang ternyata sejak tadi
memperhatikanku dari luar kamarku.
“Kamu
ngapain disini?” Tanyaku kepada adikku.
“Hanya ingin melihat
kakak berdandan…” Jawabnya dengan polos.
“Sana kamu belajar,
kakak mau pergi kerja. Kalo besok pagi kamu mau pergi sekolah kakak belom juga
pulang, kamu beli sarapan aja di warung depan.” Sahutku sambil menggambil tas
merah kesayangkanku.
“Iya kak” Jawabnya polos.
***
Namaku Ayu Nurlinda, usiaku saat ini 23 tahun. Di usiaku yang
masih terbilang muda, bisa dikatakan aku ini termasuk perempuan yang berkecukupan
walaupun aku hanya lulusan Sma. Aku merantau dari Bandung ke Jakarta sejak
umurku 20 tahun, karna aku tidak mempunyai keterampilan dalam bidang
apapun makanya agak sulit bagiku untuk bertahan di Ibukota pada awalnya tetapi
karna aku memiliki tubuh yang proposional, dan wajah yang ayu seperti namaku
semua itu semakin terasa mudah seiring berjalannya waktu. Saat ini aku bekerja
sebagai Disc Jokey (DJ) di kota
Jakarta. Kesuksesan ku saat ini tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Aku masih begitu ingat, betapa sulitnya hidup di kota besar yang pada waktu itu
aku belum mengenal siapapun di kota ini.
Ayahku hanya sebagai kuli serabutan di kampung, dan ibuku hanya
sebagai ibu rumah tangga, tetapi 9 bulan yang lalu aku di tinggal ibuku untuk
selamanya, kepergian ibuku sangat membuat aku terpukul, aku sempat tidak
memiliki semangat hidup, tetapi seiring berjalannya waktu aku sudah bisa mulai
menerima kepergiannya.
Aku dua bersaudara dan adikku
Novika Erwina tetapi biasa di panggil Vina yang saat ini bersekolah kelas 1 SMU
yang juga ikut tinggal bersamaku di Jakarta. Aku merupakan tulang punggung
keluarga, semua keperluan orang tuaku dan biaya sekolah adikku aku yang
tanggung, terkadang aku suka berfikir bahwa mereka semua hanya merepotkan
tetapi disisi lain sudah menjadi kewajiban da memang sudah ke harusanku sebagai
anak membantu orang tua dan mensekolahkan adikku sampai nantinya dia menjadi orang sukses.
***
Telepon genggamku bedering ketika aku sedang dalam perjalanan
menuju tempat kerjaku malam ini. Aku yang sedang asik merias wajahku dengan
sentuhan bedak dan lipstick membenarkan make up ku yang nampak nya sudah mulai sedikit terlihat pudar karna
keringat. Aku menghentikan aktivitasku sejenak. Aku merogoh hape di tas Chanel kesayanganku. Ku lihat di layar,
tertulis nama Papa yang menelponku.
“Halo Pah!” Jawabku segera.
“Halo Ayu,
sedang apa?” Tanyanya.
“Emh…Anu pah, emh Ayu masih di
kantor nih ada lembur, ini masih ngurusin laporan yang besok mau di serahin ke
atasan Ayu, ada apa pah?” Tanyaku.
“Ohh begitu rupanya, bagaimana
keadaan adikmu?” Tanyanya lagi.
“Aduh pah, Ayu ini sedang sibuk kalo
papa mau tau kabarnya Vina yah telepon Vina nya langsung aja” Jawabku dengan nada
kesal.
“Maaf maaf papa hanya kangen putri-putri papa saja
dan hanya ingin tau perkembangan kalian saat ini”
“Jangan sekarang telfon Ayu nya,
besok aja ayu telepon papa balik ayu lagi sibuk! Besok Ayu telepon papa balik.”
Janjiku.
“Baiklah., ada yang ingin papa…..”
“Tut…tut…tut” Telepon aku matikan
segera, padahal papa belom selesai bicara.
“Biarkanlah, besok aku telfon papa”
Ujarku berbicara sendiri.
***
Tidak terasa perbincangan ku dengan
papaku tadi membuat aku tidak menyadari
bahwa taxi yang aku tumpangi sudah hampir dekat membawaku ketempat tujuanku,
segara aku membereskan peralatan make up ku lalu aku bergegas membayar taxi
tersebut dan masuk kedalam tempat kerjaku pada malam ini. Malam ini aku
mendapat panggilan untuk mengisi acara di salah satu club malam di bilangan
Kemang, setelah aku masuk dan menemui Mas Iyunk selaku ketua event organaizer (EO) aku lalu di ajak
nya ke meja Dj yang sudah di persiapkan oleh panitia. Waktu semakin larut tetapi
music semakin kencang mengguncang tempat acara, seluruh penggunjung larut
dengan music yang aku sugguhkan malam ini. Tidak terasa waktu menunjukan pukul
04.30 dengan begitu sudah waktunya saya menyelesaikan pekerjaan saya sebagai Disc
Jokey (DJ) pada hari ini.
Nampaknya semua puas dengan music yang aku hentakan, begitu juga Mas Iyunk
selaku panitia.
“Gila Yu, gokil abis main lo tadi!” Pujinya mas Iyunk kepadaku.
“Walah, seriusan mas?” Tanyaku dengan sedikit malu.
“Serius yu, gak nyesel gue panggil lo buat ngisi acara malam ini.”
Tegasnya.
“Yah, kalo begitu besok besok bisalah kalo ada event panggil gue
aja lagi” Harapku kepada mas Iyunk.
“Gampang….Bisa di atur itu, ngomong-ngomong pulang naik apa Yu?”
Tanya mas Iyunk kepadaku
“Paling naik taxi, abis mau naik apa lagi jam segini mas, mobil
baru selesai di service 1 minggu lagi mas.” Seruku.
“Yaudah bareng aja sama gue, kebetulan emang lagi nyetir sendiri
nih.” Jawabnya.
“Wah seriusan mas?” Tanyaku meyakinkan.
“Iya, Yaudah sana beres-beres gue tunggu di mobil yah.” Serunya
“Oke mas.”
Selesai aku berbicara
dengan mas Iyunk, aku segera membereskan barang-barangku. Semuanya sudah
selesai aku bereskan dan aku berjalan menuju parkiran. Kulihat telepon
genggamku dan ternyata ada banyak pesan masuk dan ada telepon tidak terjawab,
setelah aku lihat, ternyata semua dari papa ku,
tetapi semuanya aku hiraukan dan aku matikan telepon genggamku karna
memang aku sedang tidak ingin di ganggu, aku ingin istirahat setelah semalaman
ini aku bekerja.
***
Dimobil mas Iyunk sudah menungguku dengan tampak gagah
mengenakan jaket kulit hitam dengan kaos
polos bewarna putih, segera aku masuk ke dalam mobilnya yang sedikit tercium
bau minuman keras, aku mengendus dan mas Iyunk sepertinya sudah mengerti apa
yang aku maksud.
“Sorry nih mobilnya agak
bau bir” katanya.
“Ohh iya, gak apa-apa mas santai aja.” Jawabku
“Udah siap mas, yuk
jalan” Sahutku sambil menutup pintu mobil.
Mobil yang kita tumpangi
berjalan perlahan meninggalkan club malam tersebut, aku duduk di kursi depan sambil
melihat jalanan yang masih terlihat sepi, tidak ada perbincangan di antara aku
dan mas Iyunk. Mungkin karena kita berdua sudah sangat lelah jadi binggung apa
yang akan kami bicarakan lagi. Aku menyenderkan kepalaku ke kursi mobil mas
Iyunk dan tidak terasa aku terlelap di kursi
mobil mas Iyunk. Hanya sebentar memejamkan mata ternyata tidak berapa
lama aku memejamkan mata aku sudah di bangunkan lagi oleh mas Iyunk dan di beri
tahu bahwa kita berdua sudah sampai, aku membuka mata dan ternyata mobil sudah
berhenti di depan lobby Apartemenku yang masih sangat sepi, hanya ada seorang
satpam yang sedang jaga. Dan setelah aku sadari ternyata di atas badanku sudah
ada jaket kulit hitam milik Mas Iyunk.
“Udah sampe ibu peri” Mas iyunk berkata.
“Ahh….Iya nih mas, maaf ketiduran hehehe” Jawab
ku sambil tersenyum malu.
“Santai aja kali, enggak aku apa-apain kok tadi”
Kata mas iyunk.
“Ahh iya, kalo aku tadi di apa-apain sama mas,
Mungkin mas udah aku pukul mas!” Seruku
“Takut ahh takut….Takut aku jatuh cinta nih sama
kamu” Gombalnya terhadapku.
“Ahh gombal banget sih mas.” Sahutku malu sambil
turun dari mobil
.
Aku bergegas turun
membawa barang-barangku, mas Iyunk juga turun membantuku mengeluarkan
barang-barang miliku. Aku ingin mengembalikan jaket miliknya yang tadi berada di atas badanku.
“Mas, makasih yah atas tumpangannya” Kataku
“Iya cantik, sama-sama” Jawabnya
“Ohh iya mas ini jaket
nya, makasih udah mas lepas untuk nutupin badanku yang tadi kedinginan
di mobil.”Kataku sambil memberikan jaketnya.
“Ohh iya, iya tadi kamu keliatan kedinginan makanya aku
lepas jaketku buat kamu”
Setelah saya kembalikan
jaket tersebut ke mas Iyunk, secara cepat mas Iyunk mendaratkan ciuman mesra
kearah bibirku, aku sempat kaget dan aku berusaha menepisnya tetapi apa daya
mas Iyunk memegang tanganku erat dan enggan untuk melepaskannya, tidak terasa
saya mulai membalas ciuman tersebut, akhirnya kami pun berciuman cukup lama.
“Makasihnya…….” Kata mas Iyunk
Aku menganggukan kepala
tanpa berbicara sepatah kata pun, aku lalu bergegas masuk kedalam lobby
Apartemenku dengan perasaan yang sungguh campur aduk di dalam pikiran ku saat
ini. Aku langsung menuju lift dan segera menuju kamarku untuk beristirahat
karna semalaman ini aku belum tertidur.
***
Keesokan harinya aku aku mencoba bangun dari tempat tidur ku dan
meregangkan otot-otot yang masih terasa kaku. Aku gerakkan punggungku ke kiri
dan ke kanan untuk membebaskanku bergerak. Aku melihat jam kotak yang menempel
di dinding tepat di atas lemari jati kokoh yang berisi tumpukan baju milik ku.
Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh pagi sinar mentari sudah menyinari
kamar ku. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju dapur untuk membuat kopi,
sebelum aku membuat kopi aku teringat akan papa. Aku ingat dia tadi malam
menelepon ke telepon genggam milikku.
Aku bergegas menggambil telepon genggam di dalam tas, setelah aku
mendapatkannya aku segera mengaktifkannya. Terlihat beberapa pesan masuk di layar. Aku masih mengabaikannya.
Aku sesegera mungkin menelfon Ayahku. Aku baru ingat, kemarin aku berjanji untuk
meneleponnya tetapi aku lupa meneleponnya. Lama aku menunggu teleponnya
tersembung tapi, tak ada yang menjawab. Aku kemudian membuka beberapa pesan
masuk di telepong genggamku. Beberapa pesan masuk itu dari Vina, mas Iyunk dan
Ayah! Secara perlahan aku membuka pesan dari Vina yang ternyata isinya:
“Kakak dimana? Papa pengen ngomong sama
kakak, Papa telfon ke hape kakak kata papa tidak aktif, papa kangen kakak.”
Tanpa pikir panjang aku
bergegas membuka semua pesan dari ayahku, yang ternyata ayah mengirimkan 3 sms
ke aku.
Pesan pertama
“Ayu anak papa, jangan lupa sholat
subuh.”
Pesan kedua
“Ayu, papa telfon ayu, tapi nomer ayu tidak
aktif. Papa kangen ayu”
Pesan ketiga
“Papa saat ini sedang sakit, kanker paru-paru
papa sudah semakin parah. Papa ingin ketemu ayu untuk yang terakhir kalinya,
tapi apa daya papa sudah tidak sanggup kalau harus ke Jakarta, jadi papa hanya
berharap menelepon kamu, tetapi sepertinya waktunya tidak tepat. Papa hanya
berpesan kepada kamu, kalau suatu saat nanti papa menyusul mama di surga tugas
kamu selanjutnya yang menjaga Vina untuk selamanya, jaga kesehatan yah Yu. Papa
sayang ayu”
Air mataku jatuh seketika saat membaca pesan dari papa,
yang ada di dalam pikiriranku saat ini adalah gimana caranya aku bisa
menghubungi papa dan berbicara dengannya. Aku ingin jujur padanya tentang
pekerjaanku selama ini, dia hanya tahu aku di Jakarta sebagai pegawai kantoran
tetapi nyatanya aku hanya sebagai Dj, papa mungkin akan kecewa jika tahu
pekerjaan anak perempuannya ini, tetapi aku sekarang menyesal karna sampai saat
ini papa tidak tahu apa pekerjaanku sebenarnya.
“Angkat pa…..Angkat” Ujarku dalam hati.
Ternyata tidak ada jawaban dan aku mematikan sambungan
teleponku.
Beberapa saat kemudian,telepon genggamku bergetar dan
kulihat layar ternyata adikku Vina meneleponku.
“Terdengan suara sesugukan di ujung telepon”
“Halo…..”
“Halo…..”
“Halo…..” Jawabku.
“Kak papa meninggal.” Sahut Vina di ujung telepon.
“tut…tut….tut…” Telepon aku matikan.
Betapa terkejutnya aku mendengar berita tersebut. Aku meremas
rambutku. Air mataku tak kuasa aku tahan lagi. Aku menyesal, hanya rasa
penyesalan yang ada didalam pikiranku saat ini. Aku hanya ingin memeluknya dan
mendengar suaranya untuk terakhir kalinya.
“Papa…………..maaf” Teriakku.
***
Dengan pakaian serba hitam aku duduk di samping kuburan papaku
bersama dengan adikku Vina. Putus asa
hinggap di diriku kita, tanah kuburan Ibuku belum juga kering tetapi saat ini aku
dan adikku Vina sudah harus menerima kenyataan lagi bahwa kami kehilangan
papaku. Papaku meninggal kanker paru-paru yang sudah lama di deritanya.
Harusnya, aku berada di sampingnya saat-saat terakhir ia membuka matanya tetapi
aku seringkali menghiraukannya.
Aku dan adikku tak berhenti menangis di depan makam Papaku.
Sesekali aku menciumi batu nisan Papaku dan menaburkan bunga mawar. Aku ingin sekali mencium
pipinya, tapi apa daya semua sudah
terlambat. Saat ini aku dan adikku Vina menjadi anak Yatim Piatu, kami berjanji
kami akan selalu melengkapi, mengasihi dan melindungi.
“Sudah ikhlaskan kepergiannya” Sahut laki-laki yang suaranya sudah
tidak asing untukku.
Ternyata mas Iyunk dengan pakaian serba hitam juga datang ke pemakaman ayahku, betapa
terlihat gagahnya dia hari ini. Tanpa berfikir panjang aku segera bangkit dari
duduku langsung memeluknya erat dengan tetap meneteskan airmata.
“Ikhlaskan…Dia hanya butuh doa darimu, bukan tangismu.Air matamu
tidak akan mengembalikann semuanya.” Gumamnya
***
Detik
demi detik, jam demi jam, hari berganti hari aku semakin bisa mengikhlaskan
kepergian papaku. Aku mencoba menata hidupku kembali bersama adikku dan pacarku
Mas Iyunk. Awalnya aku merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupku, aku butuh
sosok lelaki yang dapat menjagaku dan adikku, aku butuh seorang pacar yang pada
akhirnya akan aku jadikan suami yang bisa menuntun hidupku. Tetapi setelah
kedatangan mas Iyunk kedalam hidupku, aku kembali bersemangat menjalani hidup
ini dan aku berjanji kepda Tuhan bahwa
aku akan menjaga orang-orang yang aku sayang di sekitarku, aku tidak ingin
kehilangan adikku Vina dan pacarku tentunya Mas Iyunk.